Thursday, November 7, 2013


#Perjuangan Tanpa Rekayasa!
Bergerak dan berontak menuju kehidupan yang lebih bijak”
Dwi agus suprayudi
Selasa, 10 november 2013 merupakan hari dimana kami menjalani silaurahmi ke Universitas Padjadjaran, semua tim aksi dari Universitas Negeri Jakarta menyambangi kampus yang berada di Jatinagor tersebut. 45 personil yang hadir untuk mewakili silaturahmi antar rekan seperjuangan dalam ranah pergerakan mahasiswa, tentunya hal tersebut adalah momentum yang dapat memberikan wawasan dan mematrikan tali persaudaraan.
Tim aksi Fakultas Ilmu Sosial yang populer dengan sebutan Red Soldier mendelegasikan enam perwakilan termasuk dengan komandannya serta satu perwakilan dari departemen SOSPOL BEM FIS UNJ untuk hadir diwiasata intelekutal. Sekitar pukul 10 pagi kita tiba di kampus UNPAD, kurang lebih 2 jam perjalanan yang kami tempuh untuk singgah di kampus tersebut. Ketika kami berada didalam kampus UNPAD terlihat sedang adanya pembangunan di kampus tersebut, walaupun sedang adanya “ketidakrapihan” disana namun eksotisme kampusnya masih amat terasa.

Akhirnya tim aksi dari UNJ sampai di Rektorat Universitas Padjadjaran, dimana secara fisik tempat tersebut laksana stadion, namun sisi elegan sungguh dipancarkan. Kami dipersilahkan masuk ke dalam gedung rektorat yang ternyata disana menjadi tempat pertemuan Antara tim aksi UNJ dan mahasiswa pergerakan UNPAD.  Waktu menunjukan pukul 11.00 wib, silaturahmi Antara rekan pergerakan segera dimulai, dalam obrolan santai yang kami lakukan ada pembahasan yang menarik perhatian. Mahasiswa UNPAD beberapa minggu lalu telah mengadakan pelatihan untuk mahasiswa terkait dengan dunia gerakan. Ada suatu acara yaitu semacam manajemen aksi, namun yang beda dari acara mereka yaitu hadirnya water canon  dan damkar (pemedam kebakaran) dalam manajemen aksi tersebut. Konsep yang gila! Tapi keren. Mereka memaparkan bahwa konsep tersebut illegal, tidak ada pemberitahuan terkait kehadiran “dua alat berat” tersebut kepada pihak birokrat kampus.
Mereka bilang “ jika ingin perubahan, lepaslah dari kekangan”. Itulah pondasi yang digunakan oleh mahasiswa pergerakan yang ada di UNPAD, mereka akhirnya berhasil membawa “dua alat berat” tersebut masuk kedalam kampus. Setiap tindakan tentunya memiliki resiko didalamnya, setelah membawa masuk water canon dan pemadam kebakaran dalam manajemen aksi, mahasiswa pergerakan UNPAD diawasi secara ketat oleh pihak birokrat bahkan sudah mulai dipersulit agenda pergerakan mahasiswa UNPAD. Mereka sengaja membawa “dua alat berat” tersebut masuk kampus agar bibit-bibit militan tertaman dalam diri mahasiswa pergerakan UNPAD.
“Tindakan mereka yang diluar nalar logika setidaknya dapat menjadi radiasi inspirasi bagi para mahasiswa pergerakan di seluruh Indonesia”.