#Perjuangan Tanpa Rekayasa!
“Bergerak dan berontak menuju
kehidupan yang lebih bijak”
Dwi agus suprayudi
Selasa,
10 november 2013 merupakan hari dimana kami menjalani silaurahmi ke Universitas
Padjadjaran, semua tim aksi dari Universitas Negeri Jakarta menyambangi kampus
yang berada di Jatinagor tersebut. 45 personil yang hadir untuk mewakili
silaturahmi antar rekan seperjuangan dalam ranah pergerakan mahasiswa, tentunya
hal tersebut adalah momentum yang dapat memberikan wawasan dan mematrikan tali
persaudaraan.
Tim
aksi Fakultas Ilmu Sosial yang populer dengan sebutan Red Soldier mendelegasikan enam perwakilan termasuk dengan
komandannya serta satu perwakilan dari departemen SOSPOL BEM FIS UNJ untuk
hadir diwiasata intelekutal. Sekitar pukul 10 pagi kita tiba di kampus UNPAD,
kurang lebih 2 jam perjalanan yang kami tempuh untuk singgah di kampus
tersebut. Ketika kami berada didalam kampus UNPAD terlihat sedang adanya
pembangunan di kampus tersebut, walaupun sedang adanya “ketidakrapihan” disana
namun eksotisme kampusnya masih amat terasa.
Akhirnya
tim aksi dari UNJ sampai di Rektorat Universitas Padjadjaran, dimana secara
fisik tempat tersebut laksana stadion, namun sisi elegan sungguh dipancarkan.
Kami dipersilahkan masuk ke dalam gedung rektorat yang ternyata disana menjadi
tempat pertemuan Antara tim aksi UNJ dan mahasiswa pergerakan UNPAD. Waktu menunjukan pukul 11.00 wib, silaturahmi
Antara rekan pergerakan segera dimulai, dalam obrolan santai yang kami lakukan
ada pembahasan yang menarik perhatian. Mahasiswa UNPAD beberapa minggu lalu
telah mengadakan pelatihan untuk mahasiswa terkait dengan dunia gerakan. Ada
suatu acara yaitu semacam manajemen aksi, namun yang beda dari acara mereka yaitu
hadirnya water canon dan damkar (pemedam kebakaran) dalam manajemen
aksi tersebut. Konsep yang gila! Tapi keren. Mereka memaparkan bahwa konsep
tersebut illegal, tidak ada pemberitahuan terkait kehadiran “dua alat berat”
tersebut kepada pihak birokrat kampus.
Mereka
bilang “ jika ingin perubahan, lepaslah dari kekangan”. Itulah pondasi yang
digunakan oleh mahasiswa pergerakan yang ada di UNPAD, mereka akhirnya berhasil
membawa “dua alat berat” tersebut masuk kedalam kampus. Setiap tindakan
tentunya memiliki resiko didalamnya, setelah membawa masuk water canon dan pemadam kebakaran dalam manajemen aksi, mahasiswa
pergerakan UNPAD diawasi secara ketat oleh pihak birokrat bahkan sudah mulai dipersulit
agenda pergerakan mahasiswa UNPAD. Mereka sengaja membawa “dua alat berat”
tersebut masuk kampus agar bibit-bibit militan tertaman dalam diri mahasiswa
pergerakan UNPAD.
“Tindakan
mereka yang diluar nalar logika setidaknya dapat menjadi radiasi inspirasi bagi
para mahasiswa pergerakan di seluruh Indonesia”.