Api Mencumbu Pedongkelan
Hari minggu
(18/3/13) gw lagi di Depok, siang itu gw lagi asik nonton tv seketika ada
sekilas info. Diberitakan ada kebakaran di daerah Jakarta, ternyata itu di
daerah Pedongkelan dimana tempat itu menjadi markas COMDEV UNJ. Jarkoman silih
berganti ke HP gw yang tentunya berisikan tentang berita tersebut dan minta
bantuan dana serta kawan”nya. Besoknya gw ngampus dan udah banyak lapak-lapak
untuk wadah sumbangan bagi korban kebakaran. Kardu mie dan kardus aqua telah
bertansformasi menjadi kotak uluran tangan bagi korban kebakaran, kampus adalah
tempat yang strategis untuk mencari dana bantuan. Sekiranya sebagian mahasiswa
masih banyak yang peduli dengan masyarakat Indonesia yang terkena bencana,
akhirnya gw dan temen” sospol BEM FIS UNJ dan RED’S datang ke pedongkelan untuk
mengantar sedikit bantuan serta melihat kondisi tempat terajadinya kebakaran.
Kami sampai
sekitar adzan maghrib telah berkumandang, lampu-lampu jalan telah dinyalakan
dan mulai terlihat masyarakat pedongkelan yang sedang berbincang-bincang. Kami
sejenak masuk kedalam masjid untuk berkomunikasi dengan sang kuasa, tak lupa
sebelum kami beranjak untuk meninggalkan masjid, doa kami panjatkan untuk
kepulihan masyarakat di Pedongkelan. Sepatu hitam telah gw kenakan, saatnya
mengencangkan kaki karena kami akan menjelajahi sudut-sudut tempat yang terjadi
kebakaran. Sinar lampu neon masih terpancar dari rumah warga, beberapa waria
mulai menampakan wajahnya yang tanpa make up. Selagi kami jalan menuju tempat
kebakaran, terlihat ada warga yang menjajakan makanan yang bertuliskan fret
chiken, ya salah memang ejaan katanya. Tapi tetap saja menggugah selera.
Pancaran lampu neon telah sirna, sebagian rumah warga telah putus listriknya.
Kami hanya bisa mengandalkan cahaya bulan yang bersinar dengan terangnya pada
malam itu. Salah satu warga sengaja menyalakan lampu motornya agar kami dengan
mudah mengarungi jalan sempit di gang perumahan pedongkelan.
Makan malam
dihiasi lilin biasanya mnyimbolkan makna romantis, namun bagi masyarakat
pedongkelan memiliki makna yang berbeda. Lilin yang menghiasi makan malam
mereka ternyata tidak memiliki makna kebahagian atau sisi romantis, sudah muak
mereka sepertinya dengan api. Lilin yang mempunyai kuanititas api kecil tentu
sangat amat bisa mengingat kembali api besar yang membakar rumah-rumah mereka.
gw melihat bangunan-bangunan telah menghitam, api telah meninggalkan bekas yang
begitu mencekam. Pohon-pohon telah kehilangan keindahan, semua daun telah tewas
karena cumbuan api yang begitu binal. Mungkin kematian akan menghinggapi
pepohonan yang telah tewas daun-daunnya.
Gw bersyukur
bisa kenal dengan dua orang gila ini, ical dan amek dimalam kami setelah
menyusuri pedongkelan mereka punya ide untuk menciptakan pegelaran seni dalam
rangka menggalang dana. Selasa sore menjadi pilihan untuk mengeksekusi acara
tersebut, pagi harinya senior kami dari ISP yaitu ramadhoni telah di wisuda.
Sayangnya gw gak bisa dateng, karena gw mencoba untuk jadi koordinator
penggalangan dana di kelas Pendidikan sosiologi 2010, yaitu kelas gw sendiri.
Alhamdulilah dapet 170 ribu, teman” gw jiwa sosialnya jreeeng BGD.
Adzan ashar
telah berkumandang, kami telah bersiap dengan peralatan untuk pagelaran seni.
Musik akustik, marawis dari JIAI dan stand up UNJ menjadi konten acara dalam pagelaran seni.
Albert mahasiswa sosiologi menjadi pembuka acara tersebut, dengan gitar akustik
dan suaranya yang asik membuat semarak acara pagelaran seni, berlanjut dengan
tim marawais yang alunannya menyejukan hati, acara terakhir adalah stand up UNJ
show, ini yang ditunggu-tunggu oleh banyak pemirsa. Ketua BEM FIS UNJ sempat
memberikan ucapan-ucapan bermkna dalam pagelaran seni sebelum pentutupan, gugun
mengapresiasikan acara yang telah diciptakan oleh SOSPOL BEM FIS dan RED’S. Tak
lupa anak” DPR ikut berpartisipasi dalam acara musik akustik, lagu-lagu
nasionalis mereka kumandangkan.....
Dana yang
terkumpul dalam jangka 2 jam, lebih dari 400 ribu, pagelaran seni ini sungguh
diluar ekpetasi kami. Dan berujung pada cape-cape bahagia.....
Gw berhaharap
banget ketika gw tinggi nanti, gw masih bisa menjadi pekerja sosial.